Minggu, 30 Maret 2008

Bapak Sukamdani Priyayi Solo

Saya secara pribadi di bulan Maret ini ngaturaken selamat ulang tahun mugi-mugi Allah senantiasa memberikan barokah, kesehatan dan panjang umur.
Saya yakin beliau tidak kenal saya dan tidak tau siapa saya, yang jelas saya tau beliau karena beliau memang sudah dikenal banyak orang.
Dari dulu saya bangga terhadap beliau bukan hanya karena sama-sama pernah hidup di kota Solo, tapi karena beliau seorang pengusaha yang sukses dibidang perhotelan, pendidikan dan lain lain yang mana bisa memberikan motifasi bagi warga Solo yang berjiwa interpreneur untuk gigih berwiraswasta atau wirausaha. Sebagai priyayi berdarah biru, bapak Sukamdani tentunya sangat berbeda dengan yang lain. Biasanya "Ndoro" (darah biru)itu kalau bekerja lebih senang sebagai pegawai negeri, baik di sipil maupun militer.
Kalau ada ndoro jadi bakul / pedagang itu nyleneh. Paling banter kalo dagang itu ya bikin dan jualan batik. Apalagi ndoro kok jadi seniman / mbarang, wah itu sangat nyleneh, contohnya mas Jodhi itu, tapi karena beliau beliau itu sukses dibidangnya ya orang jadi kagum dan mengacungkan jempol.

Kembali ke bapak Sukamdani yang punya Hotel Sahid tersebar di Nusantara, tentunya kita bertanya-tanya bagaimana ya ngaturnya. Selama ini semua hotel tersebut tetap eksis jadi pasti masih menguntungkan. Yang saya salud putra-putri beliau semuanya juga sukses berwiraswasta mengikuti jejak ayahandanya.
Namun manusia itu memang tidak sempurna, sebegitu banyak kesuksesan dan prestasi atas wirausahanya, ada saja kekilafan entah itu disengaja atau tidak di sengaja.
Ceritanya begini, saya kebetulan ngobrol sama suplayer yang memasok bahan-bahan untuk keperluan Hotel Sahid di Jakarta. Sang teman ini sudah bertahun tahun jadi rekanan Hotel tersebut. Kalau dibilang loyal teman ini sangat loyal artinya setiap sahid punya keperluan apapun dia bisa menyediakan. Bahkan pernah dalam kondisi yang sangat mendesak suplayer lain tidak bisa menyediakan barang/bahan yang dibutuhkan, teman saya ini mampu menyediakan tepat waktunya. Nah yang dia keluhkan adalah timbal-balik mengenai pembayarannya. Sebagai pengusaha kecil dengan modal yang tentunya relatif tidak besar, terlambatnya pembayaran tentunya membuat dia kalang kabut.
Hotel Sahid buka tiap hari, dan dia juga tiap hari harus memasok bahan-bahan yang diperlukan, jadi keterlambatan pembayaran satu bulan saja akan menguras tabungannya untuk nambah modal. Itu kalau satu bulan lha saya ada tagihan yang sudah berbulan bulan belum dibayar kata teman saya itu. Ah masak sih kata saya. Kamu jangan bikin fitnah lho ya, saya menggertak sambil tidak percaya. Nanti saya tunjukkan tagihan saya dan jangan kaget kalo ada tagihan tahun yang lalu, katanya.
Saya berfikir kalau ini benar, pastilah ini bukan kebijakan bapak Sukamdani yang saya kagumi. Dan juga bukan kebijakan Putrinya. Lalu kebijakan siapa ?

Kepada bapak Sukamdani saya mohon maaf kalau temen saya ini membuat isu yang nggak bener, namun toh kita perlu saling cek & recek, saya cek faktur tagihan temen saya dan Bapak kalau ada waktu cek ke bawah. Lho kok saya jadi kurang ajar perintah-perintah ke Beliau, gara-gara temen saya ini tapi yang jelas temen saya tidak tau kalau masalah dia saya tulis di blog ini. Dan belum tentu juga info ini sampai ke beliau bapak Sukamdani. Yah saya cuma kasihan saja karena menurutnya, beberapa hari yang lalu dia tidak masok barang karena kehabisan uang sedang pinjaman uang ketempat lain sudah menumpuk tentunya demi memasok barang / bahan-bahan ke Hotel Sahid namun pembayaran belum juga muncul. Temen saya ini tidak pernah protes, dia selalu nrimo dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa karena ya cuma memasok bahan-bahan ke Hotel Sahid Jakarta inilah lahan kehidupannya, tidak ada pekerjaan lain. Waduh.

MD